Fisikawan Eropa klaim temukan Partikel Tuhan :
ZURICH, RIMANEWS--Entah benar atau tidak apa yang diklaim lima
fisikiawan Eropa ini. Yang jelas mereka mengaku telah menemukan sebuah
zat yang diyakini mengandung 99,95 persen unsur alam semesta. Zat itu
disebut Sigma tingkat empat. Partikel itu disebut juga Higgs Boson atau
'partikel Tuhan'.
Seperti dinukil
The Daily Mail melaporkan, Ahad (1/7), hal itu
disampaikan dari Periset Nuklir Eropa (CERN). Higgs Boson sub-atomik
pertama kali ditemukan pada 48 tahun silam. Nama itu didapat dari Peter
Higgs, profesor dari Universitas Edinburgh, Skotlandia, yang menemukan
partikel ini. Dan kelima ilmuwan yang menemukan 'partikel Tuhan' itu
mengundangnya menghadiri konferensi pers CERN.
CERN menyatakan berambisi mencapai sigma tingkat lima. Bagian ini
diyakini telah mencapai 99,99 persen menguak tabir semesta. Dan
hasilnya, diklaim penting demi kelangsungan hidup manusia di alam
semesta.
Tugas utama Higgs Boson memberikan atom ke partikel lain untuk
membentuk massa. Tanpa massa, tenaga partikel tidak bisa saling mengikat
dan membentuk mulai dari planet sampai manusia. Para ilmuwan mengklaim,
jika tingkatan sigma sudah menanjak, semesta bukan lagi rahasia, dan
Tuhan' bisa jadi 'ditemukan'.[ach/Rol]
- Mencari Partikel Tuhan : Prestasi besar manusia. Siapa paling berhak buat Nobel?
Hari masih terang tanah, tapi di markas Center for Nuclear Research
(CERN) di Jenewa, Swiss kesibukan sudah dimulai, Rabu 4 Juli 2012 lalu.
Ribuan ilmuwan antri panjang sambil menahan kantuk. Mereka harus bangun
pukul 05.00, untuk mendapatkan tiket kursi di auditorium.
Perjuangan itu tampaknya setimpal. Yang hendak disaksikan adalah satu
presentasi penelitian kolosal, melibatkan 3.000 ilmuwan dari 40 negara.
Tim itu terbagi dua, dipimpin Joe Incandela dan Fabiola Gianotti, yang
bereksperimen terpisah di Large Hadron Collider –A Toroidal LHC
Apparatus (ATLAS), dan Compact Muon Solenoid (CMS).
Mereka akan mengumumkan temuan sebuah partikel baru, yang memiliki massa
sekitar 125-126 gigaelectronvolts (GeV). Itu artinya, sekitar 130 kali
lebih berat proton yang menjadi inti dari setiap atom.
Ini sungguh pencapaian sulit, dan tentu saja mahal. Penelitian itu
memakai Large Hadron Collider (LHC), pemercepat partikel sepanjang 27
kilometer, terkubur di bawah tanah di perbatasan Prancis dan Swiss.
Dibangun dengan dana US$10,5 miliar, alat itu dipakai untuk menciptakan
kembali kondisi setelah Big Bang, ledakan mahabesar, yang diduga sebagai
awal penciptaan alam semesta.
“Sebagai manusia awam, saya akan mengatakan, kami telah menemukannya,”
kata Direktur Jenderal CERN, Rolf Heuer. Meski tak memastikan, dan
hanya menyebut partikel yang temukan adalah boson, para ilmuwan yakin
99,999 partikel baru itu konsisten dengan apa yang selama ini mereka
cari: Higgs boson.
Tepuk tangan pun pecah. Sejumlah orang menangis haru. Seorang pria
separo baya mengelap matanya yang basah dengan tisu. Dia adalah Peter
Higgs. Hari itu, penantian panjangnya selama 48 tahun berakhir.
“Aku tak pernah memimpikan ini akan terwujud saat aku masih hidup,” kata
Profesor dari University of Edinburgh itu seperti dimuat Guardian.
Maklum, usianya sudah senja, 83 tahun. “Aku harus meminta keluargaku
menaruh sampanye dalam kulkas. Untuk merayakannya.”
Higgs tak menyangka, buah pikirannya pada 1960-an, partikel yang
menyandang namanya, yang dianggap tak masuk akal, akhirnya terwujud,
atau setidaknya mendekati kenyataan. Ilmuwan pendiam dan pemalu yang
nyaris terlupakan, mendunia sebagai penemu teori "partikel Tuhan".
Higgs boson dianggap bertanggung jawab memberikan massa pada setiap
materi. Ia adalah kunci membuka misteri alam semesta: bagaimana materi
menyatu untuk membentuk galaksi, bintang, planet. Juga manusia.
Meski secara teoritis terbukti, tapi mewujudkan Higgs boson sungguh
pelik. Tak semua ilmuwan percaya. Termasuk ilmuwan tenar dan
kontroversial, Stephen Hawking. Penemuan Higgs boson membuatnya kalah
taruhan. Konsekuensinya, ia harus menyerahkan US$100 kepada fisikawan
University of Michigan Godon Kane, sang pemenang.
Memang, sejak lama Higgs dan Hawking berdebat soal ini. (Baca juga
Bagian 3: Kisah Sang Penemu). Kalah dan salah pun, Hawking tetap jantan.
Ia mengaku bangga atas penemuan itu. "Ini adalah penemuan sangat
penting, Peter Higgs harus mendapat Nobel," kata dia.
Tak terkait Tuhan
Penemuan Higgs boson itu menuai pujian. Bahkan ada yang bilang, ia
setara prestasi manusia menginjakkan kaki di Bulan, atau saat
Christopher Columbus menemukan Amerika. Tapi, bagi awam, ada tanda tanya
besar. Apa sebenarnya Higgs boson? Mengapa ia disebut “partikel Tuhan”?
Soal ini, Peter Higgs menjelaskan, Higgs boson sama sekali tak ada
hubungannya dengan Tuhan. Apalagi – seperti tuduhan sejumlah orang –
berusaha menegasikan keberadaan-Nya sebagai pencipta alam semesta.
“Istilah itu juga sama sekali tak ada hubungannya denganku. Hanya
semacam plesetan,” kata dia dalam konferensi pers di University of
Edinburg, Jumat 6 Juli 2012, seperti dimuat Xinhua.
Ada kisah unik di balik istilah yang mengelitik itu. Istilah “partikel
Tuhan” dikenal sejak 1993, dari buku yang berjudul “The God Particle:
If the Universe is the Answer, What is the Question?” karya penerima
Nobel bidang Fisika, Leon M. Lederman.
Higgs menceritakan, awalnya sang penulis memberi nama partikel itu
“Goddamn particle” alias “partikel terkutuk”, saking sulitnya untuk
ditemukan. Namun, editor tak berkenan, dan mengubahnya menjadi “God
particle” alias “partikel Tuhan”. “Istilah itu tidak digunakan para
fisikawan, namun menarik bagi umum,” kata Higgs.
Tapi gara-gara istilah itu, proyek pencarian partikel yang makan dana
besar mendapat perhatian dunia. Istilah “partikel Tuhan” terdengar lebih
seksi, dan menggelitik dari pada “Higgs boson”.
Meski atheis, Higgs mengaku tak suka dengan istilah “partikel Tuhan”. Sebab, “bisa menyinggung perasaan orang beragama.”
Seperti dimuat situs CSN, astronom Vatikan, bruder Guy Consolmagno
menyambut baik penemuan Higgs boson untuk menguak rahasia alam semesta.
"Ini mengindikasikan, bahwa ada realitas lebih dalam, lebih kaya, lebih
aneh, dari kehidupan kita sehari-hari”, kata dia. Meski, ia mengakui,
partikel subatomik ini tak ada kaitannya dengan teologi atau pewahyuan.
Rahasia penciptaan
Higgs boson adalah keping terakhir dari puzzle untuk melengkapi Model
Standar Partikel Elementer, salah satu teori yang paling sukses untuk
menjelaskan bagaimana partikel dasar berinteraksi dengan gaya-gaya
fundamental. Sekaligus memahami asal usul alam semesta, bagaimana ia
berkembang, dan bagaimana manusia ada hingga saat ini.
Untuk memahami Model Standar, kita harus mengetahui fisika didasarkan
pada konsep empat gaya di alam: elektromagnetik, gaya kuat, gaya lemah,
dan gravitasi.
Apa saja partikel itu? Model Standar menyatakan, materi terdiri dari
partikel kecil yang disebut fermion. Fermion terdiri dari quark dan
lepton. Ada juga boson, yakni partikel perantara interaksi antar
materi. Tiap boson membawa gaya sendiri --gluon membawa gaya kuat, foton
membawa gaya elektromagnet W, Z boson membawa gaya lemah, dan graviton
membawa gaya gravitasi. Partikel terakhir, yakni Higgs boson yang
berperan menentukan massa. Kecuali Higgs boson, semua partikel dalam
Model Standar sudah ditemukan.
Bersandar pada hukum distribusi statistik kuantum Bose-Einstein, hasil
kolaborasi fisikawan India, Satyendra Bose dan Albert Einstein, Peter
Higgs pada 1960-an mencetuskan teori yang menuntut adanya partikel
subatom dari suatu medan (field) yang memberikan massa ke partikel dasar
– yang kelak disebut Higgs boson.
Begini cara kerjanya: partikel tak bermassa seperti foton memang tidak
berinteraksi dengan medan Higgs, tetapi partikel lain semacam elektron
dan quark berinteraksi dengan medan itu menghasilkan massa sesuai sifat
interaksinya. Semakin besar interaksi partikel, makin besar massanya.
Dari mana muncul nama Higgs boson? Medan Higgs ini terdiri dari kuanta
partikel berjenis boson – itu sebabnya dinamai Higgs boson, yang
memiliki ciri, massanya diprediksi berada diatas 100 Giga eV atau lebih
dari 100 kali massa proton.
Lucunya, saat mengirimkan makalah berisi hipotesanya ke jurnal Physics
Letters tahun 1964 silam, Higgs sama sekali tak menyebut soal partikel
itu. Akibatnya, para editor jurnal yang notabene fisikawan ternama
menolaknya.
Kemudian Peter Higgs menambahkan paragraf kecil tentang partikel yang
dimaksud, karena terlanjur sakit hati, ia mengirimkan revisi makalahnya
itu ke jurnal saingan, Physical Review Letters, yang menerimanya senang
hati. Sebagai fisikawan pertama yang menyebutnya, partikel itu
menyandang namanya.
Lalu apa hubungannya dengan pembentukan alam semesta?
Pada 13,7 miliar tahun lalu, sesaat setelah dentuman terjadi (Big Bang),
semesta yang panas terisi oleh hamparan partikel. Tanpa kehadiran Higgs
boson, maka quarks tidak akan terkombinasi membentuk proton atau
neutron. Kemudian, proton dan neutron pun tak akan terkombinasi dengan
elektron membentuk atom. Tanpa atom, maka molekul dan materi pun tidak
akan terbentuk. Atau dengan kata lain: tak ada galaksi, tak ada bintang,
tak ada planet, tak ada kehidupan di muka Bumi.
Michael Tuts, Profesor Fisika dari Columbia University yang terlibat
dalam penelitian tim ATLAS mengatakan, masih perlu sejumlah pembuktian
untuk menyatakan bahwa itu adalah Higgs boson. Kendati demikian,
partikel berat itu dinyatakan memiliki karakteristik "partikel Tuhan".
Katakanlah Higgs boson telah ditemukan, lalu apa?
"Ini pertanyaan serius yang layak mendapat jawaban serius,” kata dia
seperti dimuat Huffington Post. Salah satu penjelasan, Tuts menambahkan,
bahwa Higgs boson melengkapi model standar partikel elementer. Ia akan
membantu menjawab rahasia besar penciptaan, termasuk dari mana manusia
berasal.
Ini, bagi sebagian awam, mungkin akan dilihat sebagai penelitian “kurang
kerjaan”. Apa pentingnya penelitian menguras jutaan dolar di tengah
Eropa yang lagi sulit itu?
Tuts berpendapat penelitan itu sangat penting. "Jika Anda menanyakan
apakah penemuan partikel ini akan membuat hidup manusia lebih baik
dalam waktu cepat, taruhlah besok atau 10 tahun mendatang, jawabannya
kemungkinan besar tidak,” kata dia. "Tapi bagaimana dengan 20, 50, atau
100 tahun lagi? Untuk saat itu, aku sangat yakin bahwa berdasarkan bukti
sejarah, jawabannya ya."
Sejarah, dia menambahkan, mengajarkan bahwa riset fundamental adalah
batu pijakan penting bagi masa datang. Di awal 1900-an, tak banyak orang
punya gambaran bagaimana mekanika kuantum menjadi landasan bagi
teknologi saat ini. Atau bagaimana teori relativitas Einstein menjadi
sangat penting, misalnya dalam sistem GPS.
Penjelasan lebih sederhana adalah listrik. Tak ada yang menyangka,
percobaan dengan cara menggosokkan benda tertentu, untuk menghasilkan
gaya magnet dan listrik misterius pada tahun 1600 sampai 1700-an menjadi
dasar bagi sebuah energi luar biasa, yang kini bisa membuat manusia
repot tanpanya.
“Justin Bieber”
Teori Higg boson ini memang njelimet. Para ilmuwan juga berusaha
menjelaskannya sesederhana mungkin. Memakai analogi, dari Margaret
Thatcher, kolam renang, juga jerapah.
Martin Archer, fisikawan dari Imperial College, London, punya cara unik
menjelaskan cara kerja Higgs boson, dia memakai analogi Justin Bieber.
Begini: ada sebuah ruangan penuh manusia, ketika seseorang tak dikenal
memasuki ruangan itu, ia bisa lewat dengan mudah. Lain halnya jika yang
lewat itu adalah Justin Bieber, sang superstar. Pastinya, ia langsung
dikerumuni orang-orang, terutama para gadis muda.
Akibatnya, Bieber akan sulit bergerak , para gadis pemujanya itu
memperlambat jalannya. Makin dia lambat bergerak, penggemarnya itu akan
makin berusaha mendekat. “Kami pikir kami telah menemukan gadis-gadis
remaja itu,” kata Archer kepada CNN.
Nobel, buat siapa?
Penemuan jejak Higgs Boson adalah kabar baik yang lama ditunggu bagi
para fisikawan. Tapi bagi Komite Nobel, itu memicu sakit kepala berat.
Sebab, penemuan -- atau taruhlah, nyaris ditemukannya Higgs boson adalah
prestasi besar yang layak penghargaan Nobel. Masalahnya, siapa yang
berhak menerimanya.
Umumnya, Nobel kategori sains biasanya diberikan pada maksimal tiga
orang yang paling berkontribusi penting. Sementara, partikel baru ini
hasil usaha ribuan orang di CERN. Belum lagi ada enam fisikawan berjasa
membangun teorinya; Robert Brout dan François Englert dari Free
University of Brussels. Brout meninggal pada 1964, itu artinya haknya
mendapat Nobel gugur.
Kemudian, Peter Higgs, yang dalam makalah keduanya menyebut eksplisit
pentingnya sebuah partikel baru, diberi nama Higgs boson pada 1972.
Ada juga kelompok yang terdiri dari dua peneliti AS, Dick Hagen dan
Gerry Guralnik, dan ilmuwan Inggris, Tom Kibble. Jadi ada lima fisikawan
ternama masih hidup yang bisa mengklaim Nobel. Jika benar, partikel
ditemukan CERN adalah Higgs boson, tentu saja Peter Higgs paling berhak
menerima Nobel. Tapi, bagaimana dengan empat lainnya?
Higgs sendiri dengan rendah hati mengatakan ia bukan satu-satunya yang
berjasa. Ada ribuan ilmuwan dari banyak negara bekerja keras, di tengah
spekulasi dan ketidakpastian. "Dari China, Jepang, India. Ada banyak
negara."
Perdebatan tak sampai di situ. India mengingatkan pada dunia, bahwa
Higgs boson juga menyandang nama seorang ilmuwan lain. Sehari setelah
pengumuman CERN, biro pers negara itu mengeluarkan rilis berjudul
"Satyendranath Bose: Higgs-Boson's Forgotten Hero" atau "Satyendranath
Bose: pahlawan Higgs boson yang terlupakan".
Bose adalah fisikawan India era kolonial, yang bekerja bersama Albert
Einstein, untuk memahami perilaku partikel subatomik yang kemudian
dijuluki boson.
Tak hanya India, Pakistan juga merasa diabaikan. Sebuah artikel
dipublikasikan Express Tribune mengungkap peran fisikawan Abdus Salam,
bekerja sama dengan dua ilmuwan Amerika Serikat -- Steven Weinberg dan
Sheldon Glashow. Mereka mengembangkan teori elektrolemah yang menyatukan
dua dari empat gaya fundamental. Pekerjaan mereka membantu
menyelesaikan Model Standar, dimana Higgs boson adalah bagian akhir
untuk diteliti. Atas kerja kerasnya, trio itu memenangkan Nobel Bidang
Fisika 1979.
Tapi, sejumlah ilmuwan mengatakan peran keduanya dalam penemuan Higgs
boson lemah. “Bose adalah fisikawan besar, yang sayangnya tak sempat
mendapat Nobel,” kata Frank Close dari University of Oxford seperti
dimuat situs sains Newscientist. Namun, ia menambahkan, karya Bose
secara tidak langsung mendasari penemuan yang diumumkan pekan lalu.
Sementara, Salam, “tidak pernah mengklaim Higgs boson.”
Close menambahkan, di luar Peter Higgs yang berhak mendapat pengakuan
adalah Tom Kibble. Dia kolega Higgs, yang bekerja sama di tahun 1964,
dan berjasa memberi gambaran tentang partikel subatomik. “Kebetulan, dia
lahir di India.”
Memang, bagi para fisikawan, Salam dan Bose adalah 'raksasa'. “Ini
adalah bukti, ilmu melampaui perbedaan yang sejatinya tak berarti
seperti ras, kebangsaan, dan agama,” ujar Jim Al-Khalili, fisikawan dari
University of Surrey, Inggris. Partikel baru diduga Higgs boson lahir
dari ribuan tangan dari berbagai latar belakang, dan agama. Termasuk
oleh Peter Higgs, seorang atheis. (np)
Ilmuwan dari Periset Nuklir Eropa (CERN) menggelar konferensi pers tentang Higgs Boson atau partikel Tuhan telah ditemukan.
surat kabar
the Daily Mail
melaporkan, Minggu (1/7), lima fisikawan mengklaim telah menemukan zat
diyakini mengandung 99,95 persen unsur alam semesta, biasa disebut Sigma
tingkat empat.
Higgs Boson sub-atomik ditemukan 48 tahun lalu.
Nama itu didapat dari Peter Higgs, profesor dari Universitas Edinburgh,
Skotlandia, yang menemukan partikel ini. Para ilmuwan telah mengundang
lelaki itu menghadiri konferensi pers CERN.
CERN berambisi
mencapai sigma tingkat lima. Bagian ini diyakini telah mencapai 99,99
persen menguak tabir semesta dan hasilnya penting demi kelangsungan
hidup manusia.
Tugas utama Higgs Boson memberikan atom ke
partikel lain untuk membentuk massa. Tanpa massa, tenaga partikel tidak
bisa saling mengikat dan membentuk mulai dari planet sampai manusia.
Bila tingkatan sigma telah naik, semesta bukan lagi rahasia dan Tuhan bisa jadi diketemukan.